News & Updates

Diet Untuk Anak Autis


Anak berkebutuhan khusus seperti autis memang
butuh makanan yang khusus. Anda yang belum
memahami dengan benar apa saja yang perlu
dikonsumsi anak-anak ini perlu tahu. Yang dikenal
saat ini di kalangan mereka yang peduli autis,
adalah diet GFCF (Gluten Free and Casein Free).
"Diet makanan khusus anak autis ini sebenarnya
cukup membantu karena sekitar 90% anak autis
alergi susu sapi, terigu dan ada juga yang alergi
protein. Sehingga diet CFGF ini dapat membantu
anak-anak autis yang untuk lebih sehat , cukup
gizi dan bebas dari masalah pencernaan," kata
Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI) dr Melly
Budhiman, SpKJ saat dihubungi Liputan6.com,
Selasa (2/4/2013).
Jenis diet ini mungkin tidak terdengar asing bagi
ibu-ibu yang memiliki anak dengan gangguan
sprektrum autisme. Casein atau susu sapi dan
Gluten atau sejenis protein yang biasanya
terdapat dalam tepung-tepungan dianggap
cukup berpengaruh pada pola perilaku anak
autis.
Menurut Melly, anak yang sering makan junk food
atau makan sembarangan, terutama yang
banyak mengandung gula seperti cokelat dan
permen, akan membuat anak autis menjadi
sangat hiperaktif.
Melly juga bercerita bagaimana orangtua yang
memiliki anak autis kemudian menjalani diet ini
dan ternyata pola perilakunya lebih baik dan
terlihat dengan tatapan mata yang membaik,
perkembangan tubuhnya lebih bagus, tidak
ngamuk lagi dan anak akan lebih cepat tanggap.
Namun melly mengakui untuk melakukan diet ini
juga tidak mudah karena tergantung dari
ketelatenan orangtua dan dari usia berapa anak
ini diperkenalkan untuk bisa memilih makanan
yang lebih sehat.
"Semakin dini anak menjalani diet CFGF ini, akan
semakin cepat terlihat pengaruhnya. Bahkan
hanya dalam 1 hingga 2 minggu," ujar Melly.
Tapi kembali lagi Melly mengingatkan kalau diet
ini tidak menyembuhkan dan diet ini hanya saran
darinya dan beberapa ahli yang setuju kalau
makanan sangat berpengaruh pada pola perilaku
anak autis. Meski begitu, masih ada beberapa
kalangan yang belum yakin dengan diet ini. (Fit/
Abd/liputan6.com)

Memahami Anak Autism

Memahami Anak Autisme  Ayahbunda.co.id
Dengan mengenal dan memahami autisme, kita bisa menghadapi dan mengatasinya sedini mungkin.
  1. Apa sih, autisme itu? Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak dengan 3 ciri atau gejala utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan pola tingkah laku atau minat yang repetitif dan stereotip. Gejala autisme ini sangat bervariasi dan sudah timbul sebelum anak tersebut berumur 3 tahun. Selain bervariasi, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat. Itu sebabnya, gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).
  2. Bagaimana tahunya kalau anak kita autis? Kini telah dikembangkan checklist yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers) untuk mendeteksi autisme pada anak umur 16-30 bulan. Bila Anda menjawab, “Tidak”, pada tiga atau lebih di antara pertanyaan, atau dua atau lebih pertanyaan kritis pada checklist tersebut, maka sebaiknya Anda berkonsultasi pada profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.
  3. Benarkah autisme bisa dideteksi sejak bayi? Berdasarkan riset, belum ada petunjuk mendeteksi autisme pada bayi sebelum gejala muncul. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya, mungkin sudah melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.  
  4. Samakah anak hiperaktif dengan anak autistik? Tidak. Perilaku hiperaktif pada gangguan autistik berbeda dengan perilaku hiperaktif pada gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).
  5. Sebenarnya, apa sih, penyebab autisme? Autisme dapat terjadi pada siapa pun, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Sampai saat ini, penyebab GSA belum dapat ditetapkan. Negara-negara maju yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab autisme adalah interaksi antara faktor genetik dan mungkin berbagai paparan negatif yang didapat dari lingkungan.
  6. Apakah bayi yang diimunisasi MMR sebelum bicaranya lancar dan jelas bisa menjadi autis? Dari berbagai penelitian, telah dipastikan tidak ada hubungan antara vaksin campak ataupun MMR dengan autisme. Bahkan, British Medical Journal (BMJ) edisi 5 Januari 2011 dalam editorialnya menulis penipuan yang dilakukan Dr. Andrew Wakefield, sang ilmuwan yang menemukan vaksin MMR dapat menyebabkan anak autis. "Ada bukti nyata pemalsuan data, dan sekarang bagaimana harus menutup 'pintu ketakutan' yang menyatakan vaksin ini berbahaya," tulis editorial BMJ, seperti dilansir ABC News, Kamis (6/1/2011).
  7. Bagaimana cara tepat menangani anak autistik? Yang paling penting adalah deteksi dan diagnosa dini, sehingga anak yang terdiagnosa autistik bisa segera menjalani terapi. Berbagai terapi terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup individu autistik. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, dan pendidikan khusus. Beberapa dokter melakukan penatalaksanaan penanganan biomedis dan diet khusus. Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba, juga sering ditawarkan.
  8. Apakah cara penanganan anak autistik membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu lama? Ya. Pada awalnya, terapi harus dilakukan secara intensif, satu terapis satu murid. Sebagian anak dapat masuk sekolah biasa, sebagian masuk sekolah inklusi (sekolah umum yang bersedia menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus), tetapi ada pula sebagian anak yang tetap harus bersekolah di sekolah khusus.
  9. Apakah benar makanan anak autistik harus diatur khusus? Sebagian peneliti berpendapat bahwa anak autistik mempunyai beberapa masalah di saluran pencernaannya sehingga makanan yang merupakan faktor pemicu atau faktor yang menambah masalah pada saluran cerna tersebut hendaknya tidak dikonsumsi. Makanan yang harus dihindari tersebut adalah yang mengandung kasein (susu, yoghurt, keju, mentega, beberapa margarin, es krim, susu cokelat, biskuit dan beberapa produk olahan yang menggunakan susu) dan/atau gluten (roti, pizza, produk pasta, pastry, biskuit, beberapa produk sereal dan produk-produk lainnya yang dibuat dengan menggunakan terigu). Hindari juga makanan yang mengandung bahan tambahan pangan (seperti MSG, bahan pengawet, pemanis buatan dan bahan pewarna/penambah cita rasa buatan), mengandung ragi (roti, vinegar, keju, kecap dan produk fermentasi lainnya) serta gula, dan makanan penyebab alergi dan/atau intoleransi (susu sapi, telur dan makanan mengandung gluten). Namun, sebagian peneliti lain menganggap bahwa teori ini tidak terbukti secara ilmiah dan tidak menganjurkan diet khusus.
  10. Apakah anak autistik bisa sembuh total dan kembali normal? Autis memiliki kemungkinan untuk dapat “disembuhkan”, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada, kecepatan diagnosis dan terapi yang didapat. Banyak penyandang autis yang berhasil “disembuhkan”, dan dapat hidup dengan normal dan berprestasi.
  11. Apakah benar anak autistik biasanya punya kelebihan lain yang tidak dimiliki anak normal? Anak autistik tidak selalu mempunyai kemampuan genius. Mereka berkembang seperti individu lain pada umumnya, dengan kecerdasan yang bervariasi, bakat yang berbeda-beda, dan kesempatan yang tidak sama.
  12. Adakah cara untuk mencegah/menghindari anak dari autisme? Seperti penyebabnya, pencegahan autis sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
  13. Anak pertama saya autistik, apakah anak kedua saya bisa autistik juga? Ya. Risiko anak berikut memang lebih besar.
  14. Benarkah semakin hari, anak autistik semakin bertambah banyak? Ya. Prevalensi atau kecenderungan autisme meningkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun Walaupun di Indonesia belum diketahui data yang tepat, tetapi di Amerika diperkirakan terjadi pada 1 : 150 kelahiran. Peningkatan ini dapat disebabkan beberapa hal, yaitu bertambahnya pengetahuan tentang autisme di kalangan dokter dan masyarakat, kriteria diagnosis autisme yang makin longgar, makin banyaknya diagnosis pada saat anak berumur masih sangat muda, dan kemungkinan bahwa jumlahnya memang bertambah.    
  15. Apakah benar, kebanyakan yang kena autisme itu anak laki-laki? Ya. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan perbandingan 4 : 1. Tidak diketahui sebabnya.  
  16. Apa yang bisa kita lakukan untuk menemukan dan mengembangkan potensi anak autistik?
  • Berusaha lebih memahami autisme, sehingga bisa mendeteksi dini gejala autisme serta memberi kesempatan pada mereka untuk berkembang optimal dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
  • Bersikap lebih toleran dan tidak melecehkan individu autistik.
  • Bersikap lebih empati terhadap orang tua anak penyandang autisme dan mengerti kesulitan yang mereka hadapi.
Sumber : www.ayahbunda.co.id

Penyebab Autism

Inilah Beberapa Faktor Penyebab Autis   Penyebab autis hingga saat ini belum dapat dipastikan dengan pasti, karena masalah ini belum dapat terpecahkan para ahli. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Biasanya gejala ini dapat dikenali saat anak berusia tiga tahun. Hal ini biasanya terlihat dari cara anak berkomunikasi dan bermain.
Meskipun belum diketahui secara jelas mengenai faktor penyebab autis pada anak, namun para ahli menduga beberapa faktor berikut ini bisa memicu terjadinya autis:
Faktor genetik
Faktor ini bisa menjadi penyebab kuat terjadinya autis pada anak. Misalnya salah satu anggota keluarga memiliki riwayat autis maka peluang anak atau keturunan selanjutnya terkena autis lebih besar. Kondisi ini disebabkan gangguan gen yang memiliki peran penting untuk perkembangan, pertumbuhan dan membentuk sel-sel pada otak.
Faktor orangtua
Penelitian meyebutkan, kehamilan yang terjadi ketika wanita berusia cukup tua bisa menjadi penyebab autis pada anak. Hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen yang terjadi dalam rahim sang ibu.
Faktor obat-obatan
Ibu yang sedang hamil namun mengonsumsi obat-obatan seperti mengatasi rasa mual, muntah, ataupun penenang dapat berisiko untuk memiliki anak autis. Hal ini disebabkan kandungan obat yang dikonsumsi sangat berpengaruh kepada bayi, maka dari ibu hamil dilarang untuk mengkonsumsi obat-obatan saat hamil terlebih tanpa resep dokter.
Faktor lingkungan
Faktor lain penyebab autis pada anak adalah lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kurang baik dan penuh tekanan, tentunya berisiko pada janin yang dikandungnya. Selain itu lingkungan yang tidak bersih juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.
Faktor makanan
Makanan yang mengandung zat kimia tetunya sangat tidak baik untuk kesehatan, terutama bagi ibu hamil. Misalkan mengonsumsi sayuran mengandung pestisida, maka akan berisiko melahirkan anak autis. Peneliti memaparkan bahwa pestisida dapat mengganggu fungsi gen pada saraf pusat.
   Meskipun belum diketahui secara jelas penyebab autis pada anak secara pasti, sangat disarankan bagi ibu hamil untuk selalu menjaga bayi selama masih dalam kandungan. Cegahlah dengan rutin memeriksakan kesehatan kehamilan ke dokter kandungan atau bidan langganan.

Atraksi Seni Anak Autis di Bali Pukau Penonton Ilustrasi anak-anak sedang menari Bali


Ilustrasi anak-anak sedang menari Bali
Ilustrasi anak-anak sedang menari Bali (sumber: Antarafoto)
"Saya optimistis, setiap anak mempunyai kekurangan dan kelebihan."

Tepuk tangan riuh menyambut atraksi ratusan anak penderita autis di Bali saat mengikuti sebuah kegiatan. Mereka menampilkan atraksi seni dan mengikuti berbagai perlombaan di gedung DPRD Provinsi Bali di Denpasar hari ini.

"Tujuan kegiatan ini untuk saling menguatkan karena banyak orang tua yang sudah putus asa ketika mempunyai anak autis," kata Lili Sutamaja, ketua panitia kegiatan sekaligus Ketua Parent Support Group Bali di sela acara tersebut.

Para peserta yang merupakan anak-abak berkebutuhan khusus dengan percaya diri membawakan operet, menari Gopala (tarian Bali), memainkan keyboard dan berlenggak-lenggok menampilkan berbagai busana.

"Dengan acara seperti ini, sekaligus kami ingin memotivasi para orangtua bahwa sesungguhnya anak-anak berkebutuhan khusus bisa ditangani asalkan para orangtua tahu caranya, mau tega dan konsisten," tutur Lili.

Meski disebut autis, menurut Lili, ada beragam perilaku yang berbeda, ada yang terganggu motoriknya, verbal dan pendengarannya. Hal tersebut menentukan juga penanganannya. Ada yang dengan menggunakan obat medis, okupasi terapi maupun Sensor Integration (SI).

"Dari sisi makanan, terigu, susu dan gula juga harus dihindari karena itu yang memicu anak autis menjadi hiperaktif dan tidak fokus. Itu mestinya orangtua sudah mengetahui," ucapnya.

Sementara itu Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang hadir pada kesempatan itu mengajak berbagai kalangan untuk berkolaborasi membantu anak-anak autis secara serius sehingga mereka bisa ditangani secara lebih baik.

Di sisi lain, Widyawati, salah satu orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sela acara itu berharap orang tua seyogyanya dapat menerima apa adanya ketika mempunyai anak autis.

"Saya optimistis, setiap anak mempunyai kekurangan dan kelebihan. Anak itu titipan Tuhan sehingga para orangtua hendaknya tetap semangat," kata Widyawati.
Penulis: /FMB
Sumber:Antara.com

Dialog Verbal dorong komunikasi anak autism

Cara ini dinilai lebih mampu mendorong anak-anak autis untuk belajar berkomunikasi.

Belajar untuk "membicarakan banyak hal melalui kepala mereka" bisa membantu orang dengan autisme membuat rencana dan menyelesaikan tugas-tugas harian mereka. Berdasarkan penelitian tim dari Universitas Durham di Inggris, kemampuan ini mungkin menambah  kemungkinan para penderita autis bisa hidup independen dan fleksibel.

Autisme dikarakterisasi dengan perilaku repetisi dan kesulitan berkomunikasi dan interaksi sosial. Para periset berkatan bahwa digunakan atau tidak digunakannya pikiran dalam berkata-kata, kuat kaitannya dengan tingkatan masalah komunikasi yang berakar sejak masa awal kanak-kanak.

Para periset mengatakan bahwa anak-anak dengan autisme memiliki mekanisme untuk menggunakan "kata-kata dalam hati" namun mereka tidak selalu menggunakannya dalam cara yang sama seperti yang biasa dikembangkan anak-anak pada umumnya.

Mengajarkan anak-anak dengan autisme bagaimana mendorong kata-kata dalam hati mereka, seperti mendorong mereka untuk menceritakan tindakan mereka dengan bersuara, mungkin membuat perubahan. Tipe pendekatan ini sebelumnya telah diperlihatkan untuk menambah fleksibilitas mental di antara anak-anak yang sedang berkembang.

Peneliti juga menganjutkan bahwa anak-anak dengan autisme bisa mendapat keuntungan dari pembelajaran verbal dalam jadwal sekolah harian mereka, ketimbang menggunakan tulisan atau jadwal visual.

"Kebanyakan orang akan 'berpikir dalam kata-kata' ketika mencoba memecahkan masalah, yang membantu untuk merencanakan atau secara khusus menyelesaikan tugas. Anak-anak, terutama yang sedang bertumbuh, cenderung berbicara keras-keras untuk menuntun dirinya ketika mereka menghadapi tugas yang menantang," kata David Williams, peneliti dari departemen psikologi di Universitas Durham.

Meski demikian, cara ini hanya terjadi pada anak-anak usia tujuh yang "berkata pada diri sendiri di kepala mereka, dan karenanya memikirkan dalam kata-kata untuk memecahkan masalah," ujarnya.
Penulis:
Sumber:HealthDay

Perlukah Anak saya Sensori Integrasi

Seperti biasanya, kalau nemu artikel menarik, bunda copy disini aja ya. Jadi kapan saja butuh panduan dari artikel ini, nggak usah tanya-tanya ke om google terus. Bunda nemunya dii : cyberwomen[dot]cbn[dot]net


Perlukah Terapi Sensori Integrasi Untuk Anak Saya

Mother And Baby Wed, 26 Jun 2002 13:35:00 WIB Nirmala,06/IV/Juni 2002

Pahamkah Anda mempunyai lebih dari lima indra? Selain mata hidung, lidah, telinga, serta kulit sebagai indra yang merespon rangsangan dari luar tubuh (misalnya berupa, sinar, bau-bauan, rasa makan suara dan sensasi kasar-halus dan sebagainya) Sebenarnya sejak lahir manusia dilengkapi dengan indera dekat yang bertugas menerima rangsangan yang datangnya dari dalam tubuh sendiri. Dalam buku The Out of Sync Child, Carol Stock Kranowitz, MA. dari Bethesd-Maryland, menjelaskan indera dekat kita itu adalah:

Indera Vestibular:
Indera ini terletak dalam telinga bagian dalam. Lewat reseptor ini kita kana diberitahu bagaimana posisi kita diatas permukaan bumi ini. Apakah kita sedang bergerak atau diam;seandainya bergerak, kearah mana gerakan itu, berapa kecepatanya dan sebagainya.

Indera Proprioceptive
Berasal dari bahasa latin, Proprio yang berarti milik sendiri, karena reseptor yang terdapat dalam otot ini, maka persendian dan jaringan ini ini akan menginformasikan ke otak perihal posisi badan dan gerakan yang dikerjakan, termasuk juga kekuatan.

Indera Tactile:
Sistem reseptor yang terdapat pada kulit disekujur tubuh ini berperan paling besar dalam menentykan kondisi fisik dan mental setiap individu. Setiap orang sejak bayi dan seterusnya selalu membutuhkan rangsangan tactile untuk tetap bisa beradaptasi dan berfungsu secara normal dalam lingkungan alam semesta. Lewat indera ini otak akan diberi tahu tentang rasa makanan enak, nyeri, panas-dingin, kasar halus, tekanan, getaran maupun gerakan.

Menurut A, Jean Ayres, Ph.D seorang ahli terapi okupasi Amerika Serikat yang selanjutnya dikenal sebagai penemu sensori integrasi pada tahun 1970-an. Seperti yang dikutip Carol Stock Kranowitz, MA. menjelaskan bahwa indera dekat, yaitu vestibular-taktile, dalam perkembangannya anak mengalami pematangan lebih dulu dibanding panc indera. Jadi indera dekat ini sifatnya lebih mendasar, fundamental. Bila indera dekat ini bisa berfungsi secara otomatis dan efisien, maka dalam perkembangannya seorang anak akan memiliki penglihatan, pendengaran, perhatian serta mampu beradaptasi secara baik dengan dunia sekitarnya.

Setiap detik otak menerima informasi dari berbagai reseptor tubuh; jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Untuk bisa merespon rangsangan ini secara berarti dibutuhkan otak yang handal, artinya mampu menerima rangsangan, mengolah, memilih rangsangan yang boleh diacuhkan dan boleh diabaikan. Proses ini diakhiri dengan tindakan respon disertai evaluasi apakah respon ini sudah dilakukan dengan sempurna. Coba Anda bayangkan, proses ini berlangsung sangat cepat dan seolah otomatis dalam sistem indera kita.

Rangkain proses menerima, mengolah dan selanjutnya memberi respon inilah yang disebut dengan sensor integrasi.

Anak mengalami disfungsi integrasi?

Otak yang memiliki sensor integrasi yang efisien tak akan sulit menerima, mengolah dan merespon rangsangan yang masuk ke otak. Otak akan akan selalu mencari rangsangan atau sensasi yang diperlukan untuk dapat berkembang.

Saat bayi baru lahir, dia baru menerima rangsangan dari indera terdekatnya yaitu indera vestibular-proprioseptive-taktile. Dari situlah bayi merasakan kalau tubuhnya diangkat atau diayun. Lewat indera tactile bayi bisa merasa nyaman saat dipeluk atau saat ia mengisap susu ibunya; baru kemudian bayi mendapat informasi mengenai wajah, benda-benda sekitarnya melalui penglihatan. Dengan kondisi otak yang normal, bayi akan berkembang terus untuk mendapatkan sensasi pada indera vestibular dan proprioseptive yang lebih banyak.

Lewat proses ini bayi belajar menggerakkan anggota tubuhnya; dia mulai berguling, merayap dan merangkak. Bayi juga mulai mencari-cari suara yang memanggilnya;dia mulai belajar bersuara, belajar berkomunikasi secara verbal (berbicara), membedakan bentuk, warna serta ukuran. Melalui integrasi gerakannya anak mulai mampu menyusun balok, meronce, menggunting, lalu menulis. Anak juga selanjutnya juga bisa berlari, melompat, memanjat, naik sepeda, yang semua itu meliputi kemampuan koordinasi gerak, keseimbangan tubuh serta perencanaan gerakan.

Anak serasa bermain
Dalam terapi sensori integrasi. Pada tahap awal seorang terapis akan melihat, mengevaluasi problem sensori yang dialami setiap anak. Selanjutnya secara individual akan dibuatkan menu terapi sesuai dengan kebutuhan anak. Nah, memasuki sebuah ruangan terapi SI seolah Anda memasuki arena bermain.

Disitu tersedia berbagai peralatan bermain yang semuanya sudah didesain secara khusus dengan fungsi, bentuk, bahan warna yang sudah memenuhi standart tertentu untuk mengasah sensori integrasi. Seperti yang terlihat diklinik Efrata dibilangan Kepak Duri, Jakarta Barat. Dalam ruang seluas sekitar 75 meter persegi itu tersedia kolam bola, balok-balok titian berbagai bentuk. beberapa ayunan, trampolin, titian keseimbangan, tangga, balok-balok panjat, bentangan kain lycra, alat luncur/scoter, matras untuk menghindari benturan, bantal-bantal besar yang berfungsi merangsang kontrol gerakan anak.Ruang ini dilengkapi dengan taman yang dilengkapi dengan taman yang dirancang dengan permukaan gradasi dari halus sampai kasar untuk merangsang sensori tactile telapak kaki.

Selain membawa si anak terapi SI yang dilakukan di klinik dengan ajdwal yang sudah teratur, semestinya juga para orangtua juga bisa melanjutkan ataupun menyelenggarakan terapi tersebut di rumah, meski dengan peralatan yang sederhana bahkan dengan modifikasi sendiri. Kreatifitas orangtua tentu sangat diharapkan dengan dalam membentuk tim terapis yang kompak di rumah untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus mereka.

Ini dituturkan oleh Dra. Irma Kuntohadiprojo, Pimpinan Sekolah Pribadi Mandiri, sebuah sekolah khusus untuk remaja yang banyak menerapkan sistem terapi sensori integrasi dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya: sebelum memulai kegiatan belajar di dalam kelas, selama 10 menit murid-murid melakukan relaksasi dengan cara berbaring dengan posisi tertentu (tengkurap sambil kepala dihadapkan secara bergantian ke dua arah) di atas matras. Ini dilakukan untuk melatih konsentrasi dan melepas stres. Selama 10 menit selanjutnya murid-murid melakukan senam otak (Brain Gym) yang dalam 3 minggu sekali gerakannya akan diganti.

Dengan demikian diharapkan anak-anak lebih siap belajar, otaknya lebih siap menerima rangsangan, ujar Irma. Dalam mata ajaran ketrampilan memasak misalnya, dijadwalkan membuat kue dalam bentuk bulat. Disitulah ajang mengasah sensori tactile pada telapak tangan, motor planning (dengan memutar-mutar kedua tangan secara seimbang dengan tekanan tertentu), dan dalam suasana yang menyenangkan bersama teman-teman.

Ada yang usul pakai sendok makan, agar tangannya tak kotor, ada yang sebentar-sebentar cuci tangan karena merasa tak bisa belepotan, namun guru pengawas yang juga menjadi teman bermain akan memintanya menggunakan kedua telapak tangan. Disitu bisa terlihat bagaimana kemampuan sensori anak, ada yang berhasil membentuk bulatan bagus, ada yang gepeng tak bisa bulat, bahkan ada yang sama sekali tak bisa terbentuk bulatan, lanjut Irma.

Beberapa Contoh aktivitas untuk melatih sensori anak di rumah
  1. Main tebak huruf dan angka
    Dengan menggunkaan jari telunjuk, coba buatlah bentuk angka atau huruf di punggung anak. Tentu saja , huruf ataupun angka tersebut sudah dikenal oleh anak Anda sebelumnya. Minta anak Anda menebak bentuk yang Anda buat. Latihan ini baik untuk merangsang tactile pada kulit punggung.
  2. Tangkap teman
    Masukkan beberapa mainan anak ke dalam kotak bekas ataupun ember plastik. Pilih beberapa benda yang variatif, misalnya kelereng, mobil-mobilan, tali sepatu, sikat gigi, boneka kain, bintang-bintang plastik, dadu. Mintalah anak meraba dan memilih satu benda tanpa ia harus melihatnya. Kemudian minta dia menebak, kira-kira, siapa teman yang dia pegang. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi tactile jari-jari.
  3. Berayun asyik
    Ambil selimut tebal yang masih kuat. Pegang masing-masing ujungnya oleh 2 orang dewasa, lalu mintalah anak Anda naik. Selanjutnya perlahan-lahan angkat selimut tersebut dan mulailah diayun. Mulailah dengan ayunan perlahan. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi vestibular.
  4. Porter jagoan
    Biasakanlah anak Anda mengangkut keranjang cucian (dicoba dengan beban yang tidak terlalu berat) misalnya memindahkannya dari kamar mandi ke tempat cuci.. Atau cobalah melatihaknya dengan membawa barang belanjaan ANda dari supermarket. Pilih barang-barang yang tidak mudah pecah. Bisa juga setiap pagi dilatih untuk menyandang sendiri rngsels ekolah di punggungnya. Latihan ini baik untuk integrasi sensori proprioseptive.
  5. Kursi T
    Mintalah bantuan pada tukang kayu (atau mau mencoba sendiri) untuk emmbuat kursi T. Yaitu dua balok kayu berukuran 40 X 15 X 10 cm. Pasang dua balok tersebut. Bisakanlah anak duduk secara teratur misalnya selama 10 menit diatas huruf T ini. Sebagai huruf T, rekatkan dengan kuat dengan memakunya. Latihan sesering dan selama mungkin. Dengan dududk diatas kursi T, anak akan dilatih kepekaanya pada keseimbangan dan kemampuanya memperhatikan sesuatu.
Contoh disfungsi Sensori Integrasi

  • Anak tampak malas bergerak
  • Keseimbangan tubuh kurang baik, sering jatuh
  • Anak sering berjalan jinjit, berputar-putar atau meloncat-loncat
  • Sering terbalik dalam menulis atau membaca huruf atau angka (misalnya huruf b atau d, angka 6 atau 9)
  • Sering memukul meja atau tembok
  • Bila menulis tekananya terlalu kuat
  • Suka menggigit atau memainkan sesuatu
  • Sulit menerima aktivitas baru
  • Menolak menginjak rumput, pasir atau kerikil

Reflek Primitif

Reflek merupakan gerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari, yang biasanya diinisiasi oleh stimulasi sensori.


1. PALMAR GRASP REFLEX
Developmental course (usia perkembangan) : lahir sampai 3 bulan

    1. Lokasi (letak) : level spinal (tulang belakang)
    2. Cara pemeriksaan :
Bayi diposisikan telentang lurus, telunjuk orang dewasa diletakan pada bagian Ulnar (telapak tangan yang searah dengan kelingking) dan tekan Palmar (telapak tangan) bayi.
d.   Reaksi :
Reflek positif bila bayi segera memegang telunjuk orang tersebut.
Jika tangan orang dewasa ditarik keatas, pegangan bayi semakin menguat, dan bayi akan meluruskan forearmnya.
d.      hal yang harus diperhatikan :
periksa : intensitas, simetri, resistance
bedakan grasp refleks (GR) dengan voluntar grasp (VG)
GR = reaksi menggenggam terus
VR = reaksi intermitten 

2. ATNR : asymetrical tonic reflex
a.       lokasi : Brainstem
b.      Developmental course :
Pada bayi baru lahir respon bisa negative, bisa positif
Akan lebih jelas bila bayi sudah berumur 4 ato 5 minggu
Respon positif bila normal sampai bayi berusia antara 4-6 bulan
c.       cara pemeriksaan :
bayi pada posisi supine (telentang) dengan kepala midline (ditengah). Setelah itu kepala bayi dimiringkan ke kanan dan ke kiri. Posisi tangan di atas kepala bayi sebelah samping yang berlawanan dengan arah gerakan.
d.      reaksi :
positif bila elbow (siku) menekuk pada arah berlawan tolehan kepala, begitu juga dengan lututnya.
Contoh : tolehan kepala ke kiri, maka siku dan lutut yang menekuk adalah lutut kanan. Vice versa. 

3. STNR : symmetrical tonic neck reflex
a.       lokasi : level brainstem
b.      Developmental course :
Pada bayi baru lahir respon bisa negative, bisa positif
Akan lebih jelas bila bayi sudah berumur 4 ato 5 minggu
Respon positif bila normal sampai bayi berusia antara 4-6 bulan
c.       cara pemeriksaan :
posisi bayi supine dengan kepala midline
stimulasi dilakukan dengan memfleksikan (menekuk) leher bayi.
d.      reaksi :
positif bila kedua lengan bai fleksi dan tungkai ekstensi (lurus) saat kepala difleksikan. Vice versa. 

4. MORO REFLEX
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : 0-4 bulan
c.       cara pemerikasaan :
bayi disangga oleh orang dewasa dengan lengan orang dewasa menyangga punggung dan pantat bayi. Kepala bayi dipegang tangan lainya. Secara tiba-tiba jatuhkan pegangan kepala bayi beberapa cm tetapi jangan ditekan. Kepala dijatuhkan saat otot-otot leher dalam keadaan rileks serta kepala dalam posisi lurus. Tes dilakukan paling tidak 3 kali untuk memperoleh hasil dari semua komponen.
d.      reaksi :
reaksi yang lengkap terdiri dari :
ABDUKSI (menjauh dari badan) ekstrimitas (anggota gerak) atas kedua shoulder
EKSTENSI sendi siku dan semua jari-jari tangan 

5. PLACING REACTION
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : ada pada usia 1-3 bulan, hilang sampai bayi bisa berjalan (10-12 bulan)
c.       cara pemeriksaan :
angkat bayi dengan diposisikan berdiri diujung meja, sehingga bagian belakang kaki atau bagian depan kaki sedikit menyentuh ujung meja. Pegang bayi pada bagian thorax (dada).
d.      kaki bayi terangkat oleh adanya fleksi hip dan knee serta bayi berusaha meletakkan kakinya dimeja. 

6. ROOTING
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : lahir sampai 3 bulan
c.       cara pemeriksaan :
bayi diposisikan telentang dengan kepala lurus dan kedua tangan diatas dada. Dengan menggunakan jari, sentuh kulit bagian mulut dari sudut mulut, lalu bibir bagian atas dan bawah secara melingkar.
d.      reaksi :
Ketika dirangsang pada bagian sudut mulut kepala bayi akan berputar mengikuti arah rangsangan
Ketika dirangsan pada mulut bagian atas, mulut bayi akan terbuka diikuti retrofleksi (dengak ke atas) kepala.
Ketika dirangsang pada mulut bagian bawah, mulut terbuka secara keseluruhan dan bayi mencoba mengisap jari orang dewasa. 

7. SUPPORTING REFLEX
a.       developmental course : reflex secara bertahap hilang pada usia 2-6 bulan.
b.      Cara pemeriksaan ; bayi ditempatkan dimeja
c.       Reaksi : bayi berusaha memposisikan dirinya pada posisi berdiri pada meja. 

8. PRIMARY STEPING
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : bervariasi mulai lahir sampai 3 bulan
c.       cara pemeriksaan :
kaki bayi ditempatkan dimeja
gerakkan bayi kedepan menyertai langkahnya
miringkan sedikit badan bayi, reaksi tidak terjadi bila posisi bayi oblique backward position.
d.      reaksi :
bayi berjalan ritmik, dan koordinasi yang baik antara hip dan knee tidak pernah ekstensi penuh.
Bayi yang mature biasanya akan berjalan dengan tumit, bayi premature berjalan dengan ujung jari (jinjit).

9. NECK RIGHTING
a.       developmental course :
body on head : lahir sampai usia 4 bulan
body on body : mulai usia 4 bulan
b.      cara pemeriksaan :
bayi diposisikan tidur terlentang lalu kepala diputar kesalah satu sisi kanan/kiri.
c.       reaksi :
i.      body on head
seluruh tubuh berputar sebagai satu unit (bersamaan)
ii.      body on body
tubuh berputar mengikuti kepala secara segmental/perbagian, tidak bersamaan
pertama kepala berputar lalu satu persatu diikuti shoulder, trunk dan pelvis serta anggota gerak bawah

10. TLR (TONIC LABYRINTHINE REFLEX)
a.       lokasi : level brainstem
b.      developmental course : pada anak normal reaksi tidak menentu (0-3 bulan), tetapi pada anak cerebral palsy dan sering timbul pada anak dengan gangguan otak minimum.
c.       Cara pemeriksaan :
Posisikan bayi tidur terlentang
Posisikan bayi tidur tengkurap
Observasi tonus otot pada kedua posisi tersebut
d.      reaksi :
pada posisi terlentang (supine) terdapat tonus otot ekstensor yang maksimal
pada posisi tengkurap (prone) teredapat tonus otot fleksor yang maksimal 

11. PROTECTIVE RESPONSE
A. FORWARD
i. developmental course : mulai usia 6 bulan dan terus ada selama hidup
ii. cara pemeriksaan :
bayi diposisikan berdiri, kemudian bayi diturunkan dari vertical suspension ke arah suport.
iii. reaksi :
bayi akan menahan tubuh dengan kedua lengan ekstensi.
B. LATERAL
i. developmental course : ada mulai usia 8 bulan dan terus ada selama hidup.
ii. cara pemeriksaan :
bayi duduk lalu didorong kearah lateral (samping) pada bagian shoulder
iii. reaksi :
lengan bayi akan ekstensi ke samping dan menahan berat badan ke arah dorongan.
C. BACKWARD
i. developmental course : ada mulai usia 10 bulan dan terus ada selama hidup.
ii. cara pemeriksaan : bayi didorong ke arah belakang selagi duduk
iii. reaksi :
lengan bai akan ekstensi ke belakang dan menahan berat badan kearah dorongan.
12. LATERAL HEAD RIGHTING
a.       developmental course :
respon lengkap timbul pada usia antara 6-8 bulan dan terus ada selama hidup. Tes dilakukan dengan menggabungkan labyrinthine dan optical righting on head.
b.      cara pemeriksaan :
bayi diangkat sampai kurang lebih setinggi pelvis lalu dimiringkan kekiri dan kekanan untuk pemerikasaan kelurusan badan dan kepala serta pandangan.
c.       reaksi :
kepala bayi akan tetap lurus untuk respon normal, posisi muka vertical, mulut horizontal.
13. GALANT REFLEX
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : lahir – 2 bulan
c.       cara pemeriksaan :
i.      bayi tengkurap
ii.      diberi stimulus dengan benda tumpul pada paravertebra (kurang lebih 2 cm disamping tulang belakang) kira-kira T5-sacrum
iii.      catat gerakan lateral trunk.
iv.      Stimulus diulangi 3 kali tiap sisi dengan kepala posisi fleksi/netral posisi.
d.      reaksi
lengkung vertebra berubah pada sisi yang sama (incurvature)
14. SUCKLING REFLEX
a.       lokasi : level spinal
b.      developmental course : 0-3 bulan
c.       cara pemeriksaan : stimulasi lidah dan bagian dalam mulut bayi.
d.      Reaksi :
Bayi berusaha mengisap secara ritmis dan terkoordinasi dengan proses pernafasan menelan.
15. LANDAU REFLEX
a.       lokasi : level brainstem
b.      developmental course : 6-24 bulan
c.       cara pemeriksaan : posisikan bayi tengkurap dan support bagian bawah kakinya (tarsal)
d.      reaksi : head,neck,thorax dan hip ekstensi
16. STARTLE REFLEX
a.       developmental course : 4 bulan sampai seumur hidup
b.      cara pemeriksaan : stimulasi tiba-tiba baik auditory maupun visual alerting
c.       reaksi : Pola ekstensi semua ekstrimitas tetapi tidak diikuti gerakan merangkul.

Down Syndrome Adalah

1. Down Syndrome 
Adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.  Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
2. Penyebab Down Syndrome
Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh “non-dysjunction” kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.
3. Karakteristik Down Syndrome
Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
  • Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
  • Sifat pada kepala, muka dan leher : Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol.
  • Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya kemek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).  Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang. Lehernya agak pendek.
  • Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak (2%), dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
  • Manifestasi mulut : gangguan mengunyah menelan dan bicara.  scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuhan gigi,  hypodontia, juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing
  • Hypogenitalism (penis0, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan pubertas
  • Manifestasi kulit : kulit lembut, kering  dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis (50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%), Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis
  • Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
  • Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
  • Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang diantara bilik jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung berlubang diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak down syndrom boleh mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic spell) dan susah bernafas.
  • Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
  • Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di bahagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duodenum yang tidak terbuka penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar.  Saluran usus rectum atau bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
  • Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
  • Tampilan kaki : Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak jauh terpisah dan tapak kaki.
  • Tampilan klinis otot :  mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi lembik dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar. Masalah-masalah yang berkaitan Kanak-kanak down syndrom mungkin mengalami masalah kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus.
  • Down syndrom mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tairoid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
  • Down syndrom mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
  • Sebagian kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu leukimia.
  • Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.
  • Masalah Perkembangan Belajar Down syndrom secara keseluruhannya mengalami keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada peringkat awal pembesaran mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan, perkembangan motor halus dan bercakap. Perkembangan sosial mereka agak menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka juga mempunyai sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berjaya melakukan hampir semua pergerakan kasar.
  • Gangguan tiroid
  • Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
  • Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian)
  • Penderita DS sering mengalami gangguan pada beberapa organ tubuh seperti hidung, kulit dan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi. Penanganan alergi pada penderita DS dapat mengoptimalkan gangguan yang sudah ada

Gangguan/Kesulitan Belajar

Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka.

Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika. 
Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorder yang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa.

Jenis-jenis Learning Disorder :
  • Disleksia (Dyslexia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi membaca dan / atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis.
  • Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitan memecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
  • Disgrafia (Dysgraphia) : adalah ketidakmampuan dalam menulis, terlepas dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus.
  • Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual processing disorders) : adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun  anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya). 
  • Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) : adalah gangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.
  • Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) : adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.  
Mendiagnosis Gangguan Belajar (Learning Disorder)
Karena otak anak-anak lebih fleksibel daripada orang dewasa, mereka sering dapat mempelajari strategi baru dan mampu untuk kembali melatih pikiran mereka untuk berpikir dengan cara yang lebih konstruktif. Karena elastisitas otak menurun dengan usia, merupakan hal yang penting untuk mencari bantuan sedini mungkin.

Sebagai aturan umum, semakin muda usia diagnosis gangguan mental dan belajar, akan semakin sukses pengobatan. Anak-anak yang didiagnosis di TK sering dapat sepenuhnya mengatasi masalah mereka dengan bantuan perbaikan/terapi.

Mereka yang didiagnosis lebih lama/terlambat, kemungkinan dapat diajarkan cara-cara kompensasi atau cara untuk menolong mereka, tetapi semakin berkembangnya usia maka cara kompensasi itu juga semakin menurun. Jadi jika terlihat tanda dan gejala pada anak anda seperti berikut ini, segeralah minta bantuan Okupasi Terapis untuk menerapinya.

Mengetahui gejala Gangguan Belajar (Learning Disorder) :


  • Gejala pada balita:
    •  Lambat bicara dan perkembangan kosakata yang sedikit dibandingkan dengan anak seumurannya.
    • Masalah dengan pengucapan
    • Kesulitan belajar alfabet, angka, bentuk, dan warna
    • Kesulitan mengikuti petunjuk
    • Kesulitan kemampuan motorik
    • Mudah terganggu
    • Masalah dengan interaksi sosial
  • Gejala pada anak yang lebih dewasa :
    • Lambat untuk mempelajari suara-suara asosiasi
    • Konstan membaca, menulis, atau kesalahan ejaan
    • Kesulitan dalam tanda aritmatika matematika dan bingung (Seperti tanda X dan +)
    • Lambat untuk belajar keterampilan baru
    • Tidak menyadari akan bahaya (resiko)
    • Miskin konsentrasi
    • Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman sebaya nya untuk pelajaran sekolah atau pekerjaan rumah
    • Terbalik atau susah untuk memahami huruf seperti p dengan q dan b dengan d
    • Menghindari membaca dengan suara keras
    • Tulisan tangan yang jelek
    • Kesulitan untuk berteman
    • Nilai akademik jelek
  • Gejala yang ditampilkan pada remaja dan dewasa :
    • Menghindari membaca dan menulis tugas
    • Salah membaca sesuatu
    • Salah mengeja
    • Bekerja secara perlahan
    • Bermasalah dengan konsep-konsep abstrak
    • Masalah pada ingatan

Hal ini biasanya seorang guru atau orang tua  yang pertama kali tahu bahwa anak mempunyai gangguan belajar. Kinerja pekerjaan sekolah (akademik) biasanya menurun ketika pekerjaan menjadi sulit dan anak mungkin berusaha dengan cara yang mudah.

Seseorang dengan gangguan belajar mempunyai karakteristik :
  • Keterlambatan akademik, meskipun IQ rata-rata atau diatas rata-rata
  • Kekurangan dalam pemrosesan informasi
  • Prestasi akademik dan kemampuan aktual secara substansial lebih rendah daripada usianya, pendidikan dan IQ nya.
Jika anda menduga bahwa anak anda mengalami gangguan/kesulitan belajar, disarankan untuk menghubungi Okupasi Terapis untuk tindakan yang lebih lanjut.

Penyebab Gangguan Belajar (Learning Disorder)
Penelitian telah menunjukan bahwa ada sejumlah faktor yang mungkin berperan penyebab gangguan belajar :
  • Genetik : Gangguan belajar cenderung ada pada keluarga
  • Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan belajar mungkin disebabkan oleh gangguan pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran. Lahir berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi obat atau alkohol, ibu merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, kekurangan gizi, serta minimnya perawatan pra kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera kepala cenderung untuk mempunyai gangguan belajar.
  • Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan anak-anak sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa racun yang sering kita dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan tertentu, pengawet, asap rokok, merkuri, dan timah. Gizi buruk pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk penyebab gangguan belajar di kemudian hari.
Penanganan untuk gangguan belajar

Setiap anak adalah unik, jadi penanganan sering bervariasi tergantung pada jenis gangguan dan keparahan gejala. Diskusikan dengan Okupasi Terapis dan guru untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Kebanyakan penanganan gangguan belajar melibatkan intervensi pendidikan dan pelatihan keterampilan perilaku. Sebuah program pengajaran dapat dirancang untuk membantu anak mempelajari strategi baru dalam mata pelajaran.

Seperti yang telah disebutkan diatas, jika anda menduga anak anda mengalami gangguan belajar, semakin cepat tertangani, maka semakin cepat baik pula kondisi anak anda untuk menjalani aktivitas akademik yang normal dan sukses.

Lowongan Kerja Okupasi Terapi

LOWKER:
BUTUH SEGERA OT HOME TERAPIS UTK ANAK AUTIS.
Syarat: wanita belum menikah, suka anak2, menguasai bhs inggris pasif, tahu teknik terapi ABA/LOVAS.
Lokasi di Manado, Sulut.
Fasilitas : Gaji, tiket pesawat PP, uang kos, makan, transportasi. Dapat pelatihan ABA dr Singapura selama 2 minggu & evaluasi tiap bulan.